BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Penelitian
Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar
sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas.
Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962;
Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat
Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura
dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura,
Blanchart, dan Ritter, 1969).
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.
Sama
seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori
belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
berpangkal pada dalili bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil
pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan
bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori
sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah
laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar
yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati
tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru
tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi
dirinya. Dalam bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation,
Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam
perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah
laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian
mencoba memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar
mereka, bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam
tulisan-tulisan mereka yang kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki
kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas analisis terhadap belajar lewat
observasi ini melampaui jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller
dan Dollard.
2.1 RUMUSAN MASALAH
a.
bagaimana
biografi dan experimen Albert bandura?
b.
Bagaimana
Struktur kepribadian yang ada pada teori belajar Albert Bandura?
c.
Bagaimana
dinamika kepribadian yang ada pada teori belajar Albert Bandura?
d.
Bagaimana
Aplikasi teori belajar Albert Bandura?
e.
Apa
kelebihan dan kekurangan dari teori belejar Albert Bandura?
3.1
TUJUAN
a.
Mengetahui
Biografi dan experiment yang di temukan Albert Bandura.
b.
Mengetahui
Struktur dan komponen pembentuk kepribadian menurut Albert Bandura.
c.
Memahami
Dinamika Kepribadian yang ada pada Teori Belajar Albert Bandura.
d.
Mengetahui
pengaplikasian dari teori belajar Albert
Bandura.
e.
Mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari teori Albert Bandura.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
dan experiment Albert Bandura
dilahirkan
di Mundare Northern Alberta Kanada. Kelahiran atau biasa disebut dengan hari
ulang tahunnya tepat pada tanggal 4 Desember 1925. Albert Bandura menjalani
masa kecilnya dengan berada di desa kecil sekaligus mendapatkan pendidikan.
Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia,
dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi
pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D).
Jurusan yang Beliau pilih saat itu merupakan Psikologi Klinis.
Eksperimen Bobo Doll menggunakan 2 kelompok Eksperimen. Kelompok A Diminta memperhatikan
sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah
patung besar yang disebut Bobo.Hasil dari kelompok A tampak anak-anak tersebut
Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih agresif dari yang
dilihat. Sementara, Kelompok B Diminta memperhatikan sekumpulan orang dewasa
bermesra dengan patung besar Bobo maka, Hasil yang didapat tidak menunjukkan
tingkah laku yang agresif seperti kelompok A.
Dari hasil yang ada Albert Bandura bersama
dengan Walter (1963), menjelaskan perlakuan anak-anak apabila mereka menonton
orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil
menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain
di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi
yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. Perlakuan meniru
seseorang inilah yang menjadi hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan
lingkungan. Dan Beliau juga mengutarakan bahwa Tingkah laku anak-anak yang
dipelajari melalui peniruan merupakan hasil dari penguatan.
Albert
bandura berpendapat bahwa manusia berfikir dan mengatur tingkah lakunya
sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh
lingkungan.
Kedua
bandura menyatakan bahwa banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi orang satu dengan orang
lain. Dampaknya, teori kepriadian yang memadai harus memperhitungkan konteks
social dimana tingkah lakuitu di peroleh dan di pelihara.
Teori
belajar social (sociallearning theory)
dari bandura, di dasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal
determinism), tanpa penguat (beyond reinforcement), dan pengatur diri /
berfikir (self regulation/cognition).
1. Determinism reciprocal :teori
belajar social memakai saling determinis sebagai
prinsip
dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat komplesitas,
dari perkembangan intrapersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan
system social.
2. Tanpa reinforsemen :
reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu
tingkah
laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu satunya pembentuk
tingkah laku. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforsemen yang terlibat
berarti tigkah laku di tentukan oleh antisipasi konsekuensi,itu merupakan pokok
teori belajar social.
3. Kognisi dan regulasi
diri :
konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi
yang
dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan
cra mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi
bagi tingkah lakunya sendiri.
2.2
Struktur
Kepribadian
System
self (self system) self diakui sebagai unsur struktur
kepribadian. Saling determinis (berkaitan) menempatkan semua hal saling
berinteraksi, dimana pusat atau pemulanya adalah self system. System self bukan
unsure paikia yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif
yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi fungsi persepsi,
evaluasi, dan pengatur tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur
tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari system interaksi
resiprokal.
·
Regulasi
diri bentuk derminis resiprokal berarti orang
dapat mengatur sebagian dari tingkah lakunya. Menurut bandura akan terjadi strategi
reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif di gunakan untuk
mencapai tujuan, namun ketika tujuan hamper terjadi strategi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai
untuk melakukan pengaturan diri : memanipulasi factor eksternal, memonitor dan
mengevaluasi tingahlaku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh
resiprokal factor eksternal dan factor internal.
a) Factor eksternal dalam
regulasi diri : mempengaruhi regulasi diri dengan
dua cara, pertama factor eksternal memberi standart untuk mengevaluasi tingkah
laku. Factor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi,
membentuk standar evaluasi diri seseorang. Kedua, factor elsternal mempengaruhi
diri dalam bentuk penguatan (reinforcement)
b) Factor internal dalam
regulasi diri : Bandura mengemukakan tiga bentuk
pengaruh internal
1. Obesrvasi diri (self
observation) : dilakukan berdasarkan factor
kualitas penampilan, kualitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan
seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna
karena orang candrung memilih beberapa aspek dari tingkahlakunya dan
mengabaikan tingkah laku lainnya. Apa yang di observasi seseorang tergantung
kepada minat dan konsep dirinya
2. Proses penilaian atau
mengadili tingkah laku (judgemental process) : adalah
melihat kesesuaian tingkah laku dengan standart pribadi, membandingkan tingkah
laku dengan norma stadar atau dengan tingkahlaku orang lain, menilai
berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, member atribusi performansi. Standart
pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya orangtua atau guru
dan menginterpretasi balik/ penguatan dari performsndi diri.
3. Reaksi diri afektif
(self response) : akhirnya berdasarkan
pengamatan dan judgemen itu, orang mengevaluasi diri sendiri positive atau
negative, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri bisa terjadi
muncul ruaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang
memepengaruhi evaluas positive atau negative menjadi kurang bermakna secara
individual.
Efikasi
diri atau efikasi ekspektasi adalah persepsi diri
sendiri mengenai seberpa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.
Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan
melakukan tindakan yang diharapkan. Dan dari efikasi diri tadi, diharapakan
mendapat hasil yaitu ekspetasi hasil
yang artinya perkiraan atau estimasi diri bahwa diri memiliki kemampuan
melakukan tindakan yang diharapkan.
Dari efikasi diri ini, tinggi
rendahnya efikasi diri akan menentukan ekspetasi hasil tersebut.
SUMBER EFIKASI DIRI:
Efikasi diri atau keyakinan
kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan
melalui satu atau kombinasi empat sumber, yaitu:
·
Pengalaman Performansi
Adalah
prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber,
performasi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya.
Prestasi yang bagus meningkatkan ekspetasi efikasi, sedang kegagalan akan
menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memeberi dampak efikasi yang
berbeda beda, tergantung proses pencapaiannya :
o
Semakin sulit tugasnya,
keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
o
Kerja Sendiri, lebih
meningkatkan efikasi disbanding kerja kelompok atau dibantu orang lain
o
Kegagalan menurunkan
efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin
o
Kegagalan dalam suasana
emosional, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
o
Kegagalan sesudah orang
lain memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau
kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
o
Orang yang biasa
berhasil sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi
·
Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model social. Efikasi akan meningkat ketika
mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika
mengamati orang yang kemampuannya kira kira sama dengan dirinya ternyata gagal.
Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius
tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan
dirinya, bias jadi orang tidak mau menegerjakan apa yang pernah gagal
dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu lama
·
Persuasi Sosial
Dampak dari sumber ini terbatas,
tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi
efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan
sifat realistic dari apa yang dipersuasikan.
·
Keadaan Emosi
Keaadaan emosi yang mengikuti suatu
kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,
takut cemas, stress, dapat mempengaruhi efikasi diri. Namun bias terjadi,
peningkatan emosi yang berlebihan dapayt meningkatkan efikas diri.
Perubahan tingkah laku akan terjadi
kalau sumber elspektasi efikasinya berubah. Perubahan efikasi diri banyak
diapakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang
mengalami berbagai masalah behavioral.
Keempat sumber tadi diubah dengan
berbagai strategi yang diringkas dalam table berikut
SUMBER
|
Cara
Induksi
|
|
Pengalaman
performasi
|
Paticipant
modelling
|
Meniru
model yang berprestasi
|
Performance
desensitization
|
Menonjolkan
pengaruh buruk prestasi masa lalu
|
|
Performance
exposure
|
Menonjolkan
keberhasilan yang pernah diraih
|
|
Self-instructed
peformance
|
Melatih
diri untuk melakukan yang terbaik
|
|
Pengalama
Vikarius
|
Live
modeling
|
Mengamati
model yang nyata
|
Symbolic
modelling
|
Mengamati
model simbolik, film, komik, cerita
|
|
Persuasi
Sosial
|
Suggestion
|
Mempengaruhi
dengan kata-kata berdasarkan keyakinan
|
Exhortation
|
Nasihat,
peringatan yang mendesak/memaksa
|
|
Self-instruction
|
Memerintah
diri sendiri
|
|
Intepretive
treatment
|
Interpretasi
baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
|
|
Pembangkitan
Emosi
|
Attribution
|
Mengubah
atribusi, penanggung jawab suatu kejadian emosional
|
Relaxation
biofeedback
|
Relaksasi
|
|
Symbolic
desensization
|
Menghilangkan
sikap emosional dengan model simbolik
|
|
Symbolic
exposure
|
Memunculkan
emosi secara simbolik
|
Efikasi diri sebagai predictor
tingkah laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol
tingkah laku adalah resiprokal Antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi.
Setiap individu mempunyai efikasi diri yang
berbeda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :
·
Kemampuan yang dituntut
oleh situasi yang berbeda itu.
·
Kehadiran orang lain,
khususnya saingan dalam situasi itu.
·
Keadaan fisiologis dan
emosional : Kelelahan, kecemasan, apatis, dan murung.
Efikasi yang tinggi atau rendah,
dikombinasikan dengan lingkungan yang responsive atau tidak responsif akan
menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku. Berikut ini tabelnya :
Efikasi
|
Lingkungan
|
Prediksi
hasil tingkah laku
|
Tinggi
|
Responsif
|
Sukses,
melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
|
Tidak
responsif
|
Berusaha
keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas
social, bahkan memaksakan perubahan.
|
|
Rendah
|
Responsif
|
Orang
menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu.
|
Tidak
responsif
|
Depresi,
melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit
|
Efikasi
Kolektif
Yaitu keyakinan masyarakat bahwa
usaha mereka secara bersama sama dapat menghasilkan perubahan social tertentu.
Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama sama saling melengkapi untuk mengubah
gaya hidup manusia.
Menurut bandura motivasi adalah
konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber
·
Gambaran hasil pada
masa yang akan dating
·
Harapan keberhasilan
didasarkan pada pengalaman menetapkan dan
mencapai suatu tujuan
Bandura setuju bahwa penguatan
menjadi penyebab belajar. Namun orang
juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan, penguat yang ditunda, atau
bahkan tanpa penguat :
·
Penguatan vikarius :
mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan
berusaha belajar gigih agar menjadi seperi orang itu.
·
Penguatan yang ditunda
: orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan
mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang
·
Tanpa penguatan :
belajar tanpa ada reinforcement sama sekali, mirip konsep otonomi fungsional
dari Allport.
2.3
Perkembangan
Kepribadian
Salah
satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia
cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku,
serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari
pengalaman tidak langsung.
a) Pembelajaran melalui Observasi
Bandura yakin bahwa observasi memberikan jalan pada
manusia untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apapun. Hal terpenting
bagi teori kognitif sosial adalah asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi
perilaku orang lain. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran melalui
observasi lebih efisien dari pada belajar melalui pengalaman langsung. Dengan
mengobservasi orang lain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respon yang
dapat berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sama sekali.
b) Modeling / peniruan
modeling
adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang
lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga
merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang
lain kemudian mencontohnya. pembelajaran
melalui modeling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang
diobservasi dan mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya.
Dengan kata lain, modeling meliputi proses kognitif, bukan sekedar imitasi.
Beberapa faktor menentukan apakah seseorang akan belajar dari seorang model
dalam suatu situasi.
Pertama, karakteristik model tersebut sangat penting.
Manusia lebih mungkin mengikuti orang yang memiliki status lebih tinggi.
Kedua, karakteristik dari yang melakukan obsevasi juga
mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan modeling. Orang-orang yang tidak
mempunyai status, kemampuan, atau kekuatan lebih mungkin untuk melakukan
modeling.
Ketiga, konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru juga
mempunyai pengaruh terhadap pihak yang melakukan observasi. Semakin besar nilai
yang ditaruh seseorang yang melakukan observasi pada suatu perilaku, lebih
memungkinkan untuk orang tersebut mengambil perilaku tersebut.
Berikut beberapa-beberapa Jenis-Jenis Peniruan :
o Peniruan langsung
Pembelajaranan langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial
dari Albert Bandura. Pembelajaranan langsung adalah model pembelajaranan yang
dirancang untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas pembelajaranan ini adalah
adanya modeling, iaitu suatu fasa di mana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu
dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh: meniru gaya penyanyi yang disanjungi.
o Peniruan tak langsung
Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak la ngsung.
Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memerhati seorang guru mengajar
rakannya.
o Peniruan gabungan.
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.
o Peniruan sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu sahaja.
contoh: Tiru fesyen pakaian di TV, tapi tidak boleh dipakai di sekolah.
o Peniruan tak sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam apa-apa situasi. Contoh:
pelajar meniru gaya berbudi
Faktor-faktor
Penting dalam Pembelajaran Melalui observasi.
Mengamati orang lain melakukan
sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran, karena pembelajaran melalui
pemerhatian memerlukan beberapa faktor. Menurut Bandura, ada empat proses yang
penting agar pembelajaran melalui pemerhatian dapat terjadi, yakni:
a. perhatian
(attention process)
Subjek harus
memberi tumpuan kepada tingkah laku model untuk membolehkannya mempelajarinya.
Sama ada subjek memberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai, harga
diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang
tidak yakin diri mungkin meniru tingkah laku pemain musik terkenal sehingga
tidak mewujudkan stailnya yang tersendiri.
b. representasi
(representation process)
Subjek yang
memerhati harus mengekod peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan
subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau
diinginkan.
c. peniruan
tingkah laku model (behavior production process)
Setelah
mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku, subjek juga mesti mempunyai
kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk
tingkahlaku. Contohnya, memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengah
tingkahlaku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkan komponen-komponen
tingkahlaku yang telah diperhatikan.
d. Motivasi
dan penguatan (motivation and reinforcement process)
Motivasi juga penting
dalam pemodelan Albert Bandura kerana ia adalah penggerak individu untuk terus
melakukan sesuatu.
Dampak belajar
Ketika respon dibuat pasti akan menimbulkan
konsekuensi; ada yang menyenangkan, ada yg tidak menyenangkan, ada yang tidak
masuk kekesadaran sehingga dampaknya sangat kecil. Adapun fungsi dari
konsekuensi itu sendiri adalah:
a.
Pemberian
informasi
Pemberian
informasi mengenai dampak dari tingkah laku dapat membimbing seseorang untuk
bertingkah laku pada masa yang akan datang
b.
Memotivasi
tingkahlaku yang akan datang
tingkah laku
ditentukan atau dimotivasi oleh masa yang akan datang, dimana pemahaman
mengenai apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang itu diperoleh dari
pemahaman mengenai konsekuensi suatu tingkah laku.
c.
Penguatan
tingkah laku
Keberhasilan
akan menjadi penguat sehingga tingkah laku akan berpeluang diulangi, sebaliknya
kegagalan membuat tingkah laku cenderung tidak diulangi.
2.4
Aplikasi
Psikopatologi
Albert Bandura setuju bila terapi tingkah
laku dapat efektif mengurangi reaksi kecemasan. Dia tidak percaya bahwa tekanan
emosional menjadi elemen kunci penyebab reaksi takut yang berlebihan, sehingga
harus dihilangkan agar tingkah laku dapat berubah. Menurutnya, masalah pokoknya
adalah orang percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu
secara efektif. Karena itu perlu dikembangkan self-efficacy, agar terjadi perubahan tingkah laku . konsep
determinis resiprokal menganggap tingkah laku dipelajari sebagai akibat dari
interaksi antara pribadiÞtingkah
lakuÞlingkungan, termasuk tingkah laku
yang menyimpang. Tingkah laku patologis itu dipengaruhi oleh factor kognitif,
proses neurofisiologis, pengalaman masa lalu yang mendapat penguatan, dan nilai
fasilitatif dari lingkungan.
1. Reaksi Depresi:
standar pribadi dan penetapan tujuan yang terlalu tinggi, membuat orang rentan
mengalami kegagalan, dan akan berakibat orang mengalami depresi. Penderita
depresi melakukan regulasi diriÞpengamatan
diri, proses penilaian, reaksi diriÞdengan
cara yang salah. Ketika mengamati diri sendiri, penderita depresi menilai salah
performansinya, atau mengaburkan ingatan prestasinya yang telah lalu. Mereka
meremehkan keberhasilannya sendiri, sebaliknya melebih – lebihkan kegagalan
yang dilakukannya.
2. Fobia: perasaan
takut yang sangat kuat dan mendalam, sehingga berdampak buruk terhadap
kehidupan sehari – hari seseorang. Fobia yang dipelajari dari pengamatan
lingkungan (Koran, cerita, televise dll) menjadi eksis akibat efikasi diri yang
rendah, orang merasa tidak mampu menangani suatu masalah yang mengancam
sehingga muncul perasaan takut yang kronis.
3. Agresi:
agresi diperoleh melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforsmen
(+/-), latihan / perintah, dan keyakinan yang ganjil (bandingkan dengan freud
dan kawan – kawannya yang menganggap agresi adalah dorongan bawaan). Agresi
yang ekstrim menjadi salah suai psikologis. Dari penelitian Bandura, pengamat
akan bertingkah laku lebih agresif disbanding modelnya.
Psikoterapi
Sama
halnya dengan respon emosi, menghilangkan tingkah laku (yang tidak dikehendaki)
dapat dilakukan secara langsung atau secara vicarious
pula. Terapi yang dilakukab Bandura adalah terapi kognitif-sosial.
Tujuannya untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkah laku dan
mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi. Ada 3 tingkatan keefektikan
suatu treatmet.
1. tingkat Induksi
perubahan: telah merubah tingkah laku (mis:
penderita akrephobia, menjadi berani
naik tangga/ketempat ketinggian).
2. Tingkat generalisasi:
treatment memungkinkan terjadinya generalisasi. (mis:penderita acrophobia tidak
hanya naik tangga, ia juga berani naik lift, pesawat, ,membersihkan kaca gedung
bertingkat)
3. tingkat pemeliharaan: hasil induksi dan generalisasi dapat terpelihara, tidak berubah
menjadi negatif
Albert bandura mengusulkan 3 macam treatment, yakni:
1) latihan
penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien untuk menguasai tingkah
laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan sebelumya. Dimulai dengan membantu klien
mencapai relaksasi yang mendalamÞklien
membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahapÞ
klien diminta membayangkan sedang bermain – main dengan hal yang ditakutkannya
secara bertahap.
2) Modeling
terbuka (modeling partisipan): klien melihat model nyata, biasanya diikuti
dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru
tingkah laku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa
bantuan.
3) Modeling
simbolik: klien melihat model dalam film, gambar/cerita dll. Kepuasan vicarious
(melihat model mendapat kekuatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkah
laku modelnya.
Metodologi
Bandura
banyak meneliti masalah dunia nyata dalam makmalnya, seperti masalah fobia,
penyembuhan dari serangan jantung, perolehan kemampuan matematik pad a
kanak-kanak. Tujuannya adalah untuk menyatukan kerangka konseptual yang dapat
mencakup berbagai hal yang mempengaruhi perubahan tingkah laku. Dalam setiap
kegiatan, keterampilan dan keyakinan diri yang menjamin pemakaian kemampuan
secara optimal diperlukan agar diri dapat berfungsi sepenuhnya. Bandura
mengembangkan microanalytic approach.
Teknik ini cocok untuk strategi penelitian yang melacak perubahan setiap saat,
penelitian yang menilai proses, bukan hasil.
2.5
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Albert Bandura
Kekurangan
Teknik
pemodelan albert bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang
ditiru.
Selain
itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya.
melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sesetengah individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif
termasuklah perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
Kelebihan
Teori Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata - mata refleks atas
stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial
lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation
(peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan kanak-kanak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan kanak-kanak, faktor sosial
dan kognitif.
BAB
III
“Kebiasaan
Merokok Orang tua
Sering Menurun keAnak Dalam Perspektif Albert Bandura”
1.
Deskripsi
kasus
Banyak orang tua yang memarahi atau bahkan
menghukum anak - anaknya saat ketahuan
merokok atau menjadi perokok aktif di usia belia. Padahal bisa jadi perilaku
tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan merokok orang tuanya.Factor lingkungan
memang sangat memengaruhi kebiasaan merokok anak. Mereka akan mencontoh
perilaku merokok orang tuanya dan juga orang -
orang terdekatnya. Begitu melihat orang tuanya merokok, dia akan punya
keinginan untuk mencobanya juga. Tidak heran kalau sekarang banyak balita dan
anak - anak yang sudah merokok Bila
sudah kecanduan, anak tersebut tentunya harus diterapi agar tidak semakin
terjerat oleh bahaya rokok.
2. Analisa kasus
Menurut teori modeling Albert Bandura,
Modeling tidak sekedar meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain,
tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang
teramati, mengeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses
kognitif. Dalam kasus diatas bayi yang mempunyai kebiasaan merokok ini akibat
dari observasi model yang dilakukan oleh orang disekitarnya seperti orang tua,
keluarga dan lingkungan yang kemudian oleh balita perilaku tersebut diulang
kembali dengan menambahkan dan atau mengurangi tingkah laku kegiatan merokok
itu.
Sebelum meniru orang lain merokok,
balita memperhatikan orang – orang sekeliling yang merokok, kemudian peristiwa
merokok oleh balita tersebut disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk
verbal maupun dalam bentuk imajinasi atau gambaran. Kemudian balita tersubut
mulai bertingkah laku. Menurut teori belajar Albert Bandura “belajar melalui
pengamatan menjadi efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk
dapat melakukan tingkah laku modelnya”. kondisi balita yang berada di
lingkungan perokok yang akhirnya membuat bayi termotivasi untuk menjadi sama
dengan orang – orang tersebut, dan ketika balita tersebut berhasil menirukan
kegiatan merokok inilah yang menjadi penguat sehingga balita cenderung untuk
mengulangi kegiatan merokok sesuai dengan model yang ia amati.
Untuk menghilangkan perilaku kecanduan
merokok pada balita dapat dilakukan dengan pendekatan modeling terbuka
(modeling participan) dan modeling simbolik.
1) Modeling
partisipan : balita melihat orang
tuanya atau orang yang ada di sekelilingnya untuk tidak merokok atau mematikan
putung rokok di hadapan balita yang kemudian balita di ajak untuk mengikuti
kegiatan tersebut, hal ini terus dilakukan sampai balita bisa melakukannya
sendiri dan tidak merokok lagi.
2) Modeling
Simbolik : balita melihat model
dalam film, gambar atau cerita tentang bahaya merokok, keburukan merokok dll.
Kepuasan vicarious (melihat model dapat penguatan) akan mendorong balita untuk
mencoba atau meniru tingkah laku modelnya.
Menurut Albert bandura antara pendekatan
terbuka (modeling partisipan) dan modeling simbolik, yang paling berhasil atau
pendekatan yang paling efektif adalah dengan metode pendekatan modeling terbuka
(modeling partisipan).
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
1)
Belajar
merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses -
proses kognitif belajar.
2)
Komponen-komponen
belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi -konsekuensiterhadap model dan
proses -proses kognitif pembelajar
3)
Hasil
belajar berupa kod-kod visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkankembali
atau tidak (retrievel).
4)
Dalam
perancangan pembelajaran yang kompleks, disamping pembelajaran - pembelajaran
komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy dan
self regulatory pembelajar.
Kritik dan saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menjadikan
makalah ini lebih baik.
Referensi:
Alwisol. (2017) Psikologi Kepribadian. Malang. UMMPress
No Deposit Casinos | Casino Site | Choegocasino
ReplyDeleteWe also offer a number of other online casino bonus codes as well. These include 카지노사이트 a no deposit bonus, no deposit bonus, and 제왕카지노 a bonus code for new players. These 메리트카지노총판