Sunday 22 October 2017

Kepribadian menurut Albert Bandura + Studi Kasus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura, Blanchart, dan Ritter, 1969).
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.
Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar berpangkal pada dalili bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya. Dalam bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian mencoba memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar mereka, bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka yang kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan Dollard.
2.1 RUMUSAN MASALAH
a.       bagaimana biografi dan experimen Albert bandura?
b.      Bagaimana Struktur kepribadian yang ada pada teori belajar Albert Bandura?
c.       Bagaimana dinamika kepribadian yang ada pada teori belajar Albert Bandura?
d.      Bagaimana Aplikasi teori belajar Albert Bandura?
e.       Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belejar Albert Bandura?

3.1  TUJUAN
a.       Mengetahui Biografi dan experiment yang di temukan Albert Bandura.
b.      Mengetahui Struktur dan komponen pembentuk kepribadian menurut Albert Bandura.
c.       Memahami Dinamika Kepribadian yang ada pada Teori Belajar Albert Bandura.
d.      Mengetahui pengaplikasian dari  teori belajar Albert Bandura.
e.       Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori Albert Bandura.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah dan experiment Albert Bandura
dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada. Kelahiran atau biasa disebut dengan hari ulang tahunnya tepat pada tanggal 4 Desember 1925. Albert Bandura menjalani masa kecilnya dengan berada di desa kecil sekaligus mendapatkan pendidikan. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Jurusan yang Beliau pilih saat itu merupakan Psikologi Klinis.
Eksperimen Bobo Doll menggunakan 2 kelompok Eksperimen. Kelompok A Diminta memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar yang disebut Bobo.Hasil dari kelompok A tampak anak-anak tersebut Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih agresif dari yang dilihat. Sementara, Kelompok B Diminta memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo maka, Hasil yang didapat tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A.
Dari hasil yang ada Albert Bandura bersama dengan Walter (1963), menjelaskan perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. Perlakuan meniru seseorang inilah yang menjadi hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Dan Beliau juga mengutarakan bahwa Tingkah laku anak-anak yang dipelajari melalui peniruan merupakan hasil dari penguatan.
Albert bandura berpendapat bahwa manusia berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan.
Kedua bandura menyatakan bahwa banyak aspek fungsi kepribadian  melibatkan interaksi orang satu dengan orang lain. Dampaknya, teori kepriadian yang memadai harus memperhitungkan konteks social dimana tingkah lakuitu di peroleh dan di pelihara.
Teori belajar social (sociallearning theory) dari bandura, di dasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguat (beyond reinforcement), dan pengatur diri / berfikir (self regulation/cognition).
1.      Determinism reciprocal    :teori belajar social memakai saling determinis sebagai
prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat komplesitas, dari perkembangan intrapersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan system social.
2.      Tanpa reinforsemen         : reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu
tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu satunya pembentuk tingkah laku. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforsemen yang terlibat berarti tigkah laku di tentukan oleh antisipasi konsekuensi,itu merupakan pokok teori belajar social.
3.      Kognisi dan regulasi diri : konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi
yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cra mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
2.2  Struktur Kepribadian
System self (self system) self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis (berkaitan) menempatkan semua hal saling berinteraksi, dimana pusat atau pemulanya adalah self system. System self bukan unsure paikia yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi fungsi persepsi, evaluasi, dan pengatur tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari system interaksi resiprokal.
·         Regulasi diri bentuk derminis resiprokal berarti orang dapat mengatur sebagian dari tingkah lakunya. Menurut bandura akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif di gunakan untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hamper terjadi strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri : memanipulasi factor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingahlaku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal factor eksternal dan factor internal.
a)      Factor eksternal dalam regulasi diri : mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama factor eksternal memberi standart untuk mengevaluasi tingkah laku. Factor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Kedua, factor elsternal mempengaruhi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement)
b)     Factor internal dalam regulasi diri : Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal
1.      Obesrvasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan factor kualitas penampilan, kualitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna karena orang candrung memilih beberapa aspek dari tingkahlakunya dan mengabaikan tingkah laku lainnya. Apa yang di observasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya
2.      Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgemental process) : adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standart pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma stadar atau dengan tingkahlaku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, member atribusi performansi. Standart pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya orangtua atau guru dan menginterpretasi balik/ penguatan dari performsndi diri.
3.      Reaksi diri afektif (self response) : akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgemen itu, orang mengevaluasi diri sendiri positive atau negative, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri bisa terjadi muncul ruaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang memepengaruhi evaluas positive atau negative menjadi kurang bermakna secara individual.
Efikasi diri atau efikasi ekspektasi adalah persepsi diri sendiri mengenai seberpa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Dan dari efikasi diri tadi, diharapakan mendapat hasil yaitu ekspetasi hasil yang artinya perkiraan atau estimasi diri bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
Dari efikasi diri ini, tinggi rendahnya efikasi diri akan menentukan ekspetasi hasil tersebut.
SUMBER EFIKASI DIRI:
Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan melalui satu atau kombinasi empat sumber, yaitu:
·         Pengalaman Performansi
Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performasi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi yang bagus meningkatkan ekspetasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memeberi dampak efikasi yang berbeda beda, tergantung proses pencapaiannya :
o   Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
o   Kerja Sendiri, lebih meningkatkan efikasi disbanding kerja kelompok atau dibantu orang lain
o   Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin
o   Kegagalan dalam suasana emosional, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
o   Kegagalan sesudah orang lain memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
o   Orang yang biasa berhasil sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi


·         Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui  model social. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya, bias jadi orang tidak mau menegerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu lama
·         Persuasi Sosial
Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistic dari apa yang dipersuasikan.
·         Keadaan Emosi
Keaadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut cemas, stress, dapat mempengaruhi efikasi diri. Namun bias terjadi, peningkatan emosi yang berlebihan dapayt meningkatkan efikas diri.
Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber elspektasi efikasinya berubah. Perubahan efikasi diri banyak diapakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.
Keempat sumber tadi diubah dengan berbagai strategi yang diringkas dalam table berikut
SUMBER
Cara Induksi
Pengalaman performasi
Paticipant modelling
Meniru model yang berprestasi
Performance desensitization
Menonjolkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
Performance exposure
Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Self-instructed peformance
Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalama Vikarius
Live modeling
Mengamati model yang nyata
Symbolic modelling
Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
Persuasi Sosial
Suggestion
Mempengaruhi dengan kata-kata berdasarkan keyakinan
Exhortation
Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa
Self-instruction
Memerintah diri sendiri
Intepretive treatment
Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
Pembangkitan Emosi
Attribution
Mengubah atribusi, penanggung jawab suatu kejadian emosional
Relaxation biofeedback
Relaksasi
Symbolic desensization
Menghilangkan sikap emosional dengan model simbolik
Symbolic exposure
Memunculkan emosi secara simbolik

Efikasi diri sebagai predictor tingkah laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal Antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang  berbeda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :
·         Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.
·         Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.
·         Keadaan fisiologis dan emosional : Kelelahan, kecemasan, apatis, dan murung.
Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsive atau tidak responsif akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku. Berikut ini tabelnya :
Efikasi
Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi
Responsif
Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
Tidak responsif
Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas social, bahkan memaksakan perubahan.
Rendah
Responsif
Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu.
Tidak responsif
Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit

Efikasi Kolektif
Yaitu keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama sama dapat menghasilkan perubahan social tertentu. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.
Menurut bandura motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber
·         Gambaran hasil pada masa yang akan dating
·         Harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan  mencapai suatu tujuan
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar.  Namun orang juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan, penguat yang ditunda, atau bahkan tanpa penguat :
·         Penguatan vikarius : mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperi orang itu.
·         Penguatan yang ditunda : orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang
·         Tanpa penguatan : belajar tanpa ada reinforcement sama sekali, mirip konsep otonomi fungsional dari Allport.

2.3  Perkembangan Kepribadian
Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung.
a)      Pembelajaran melalui Observasi
Bandura yakin bahwa observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apapun. Hal terpenting bagi teori kognitif sosial adalah asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran melalui observasi lebih efisien dari pada belajar melalui pengalaman langsung. Dengan mengobservasi orang lain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respon yang dapat berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sama sekali.
b)      Modeling / peniruan
modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya. pembelajaran melalui modeling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Dengan kata lain, modeling meliputi proses kognitif, bukan sekedar imitasi. Beberapa faktor menentukan apakah seseorang akan belajar dari seorang model dalam suatu situasi.
Pertama, karakteristik model tersebut sangat penting. Manusia lebih mungkin mengikuti orang yang memiliki status lebih tinggi.
Kedua, karakteristik dari yang melakukan obsevasi juga mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan modeling. Orang-orang yang tidak mempunyai status, kemampuan, atau kekuatan lebih mungkin untuk melakukan modeling.
Ketiga, konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru juga mempunyai pengaruh terhadap pihak yang melakukan observasi. Semakin besar nilai yang ditaruh seseorang yang melakukan observasi pada suatu perilaku, lebih memungkinkan untuk orang tersebut mengambil perilaku tersebut.
Berikut beberapa-beberapa Jenis-Jenis Peniruan :
o   Peniruan langsung
Pembelajaranan langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura. Pembelajaranan langsung adalah model pembelajaranan yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas  pembelajaranan ini adalah adanya modeling, iaitu suatu fasa di mana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: meniru gaya penyanyi yang disanjungi.
o   Peniruan tak langsung
Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak la ngsung. Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memerhati seorang guru mengajar rakannya.
o   Peniruan gabungan.
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.
o   Peniruan sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu sahaja. contoh: Tiru fesyen pakaian di TV, tapi tidak boleh dipakai di sekolah.
o   Peniruan tak sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam apa-apa situasi. Contoh: pelajar meniru gaya berbudi
Faktor-faktor Penting dalam Pembelajaran Melalui observasi.
Mengamati orang lain melakukan sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran, karena pembelajaran melalui pemerhatian memerlukan beberapa faktor. Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar pembelajaran melalui pemerhatian dapat terjadi, yakni:
a.       perhatian (attention process)
Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkah laku model untuk membolehkannya mempelajarinya. Sama ada subjek memberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak yakin diri mungkin meniru tingkah laku pemain musik terkenal sehingga tidak mewujudkan stailnya yang tersendiri.
b.      representasi (representation process)
Subjek yang memerhati harus mengekod peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan   subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diinginkan.
c.       peniruan tingkah laku model (behavior production process)
Setelah mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku, subjek juga mesti mempunyai kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkahlaku. Contohnya, memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengah tingkahlaku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkan komponen-komponen tingkahlaku yang telah diperhatikan.
d.      Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process)
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura kerana ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Dampak belajar
Ketika respon dibuat pasti akan menimbulkan konsekuensi; ada yang menyenangkan, ada yg tidak menyenangkan, ada yang tidak masuk kekesadaran sehingga dampaknya sangat kecil. Adapun fungsi dari konsekuensi itu sendiri adalah:
a.      Pemberian informasi
Pemberian informasi mengenai dampak dari tingkah laku dapat membimbing seseorang untuk bertingkah laku pada masa yang akan datang
b.      Memotivasi tingkahlaku yang akan datang
tingkah laku ditentukan atau dimotivasi oleh masa yang akan datang, dimana pemahaman mengenai apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang itu diperoleh dari pemahaman mengenai konsekuensi suatu tingkah laku.
c.       Penguatan tingkah laku
Keberhasilan akan menjadi penguat sehingga tingkah laku akan berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan membuat tingkah laku cenderung tidak diulangi.

2.4  Aplikasi
Psikopatologi
      Albert Bandura setuju bila terapi tingkah laku dapat efektif mengurangi reaksi kecemasan. Dia tidak percaya bahwa tekanan emosional menjadi elemen kunci penyebab reaksi takut yang berlebihan, sehingga harus dihilangkan agar tingkah laku dapat berubah. Menurutnya, masalah pokoknya adalah orang percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu secara efektif. Karena itu perlu dikembangkan self-efficacy, agar terjadi perubahan tingkah laku . konsep determinis resiprokal menganggap tingkah laku dipelajari sebagai akibat dari interaksi antara pribadiÞtingkah lakuÞlingkungan, termasuk tingkah laku yang menyimpang. Tingkah laku patologis itu dipengaruhi oleh factor kognitif, proses neurofisiologis, pengalaman masa lalu yang mendapat penguatan, dan nilai fasilitatif dari lingkungan.
1.      Reaksi Depresi: standar pribadi dan penetapan tujuan yang terlalu tinggi, membuat orang rentan mengalami kegagalan, dan akan berakibat orang mengalami depresi. Penderita depresi melakukan regulasi diriÞpengamatan diri, proses penilaian, reaksi diriÞdengan cara yang salah. Ketika mengamati diri sendiri, penderita depresi menilai salah performansinya, atau mengaburkan ingatan prestasinya yang telah lalu. Mereka meremehkan keberhasilannya sendiri, sebaliknya melebih – lebihkan kegagalan yang dilakukannya.
2.      Fobia: perasaan takut yang sangat kuat dan mendalam, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari – hari seseorang. Fobia yang dipelajari dari pengamatan lingkungan (Koran, cerita, televise dll) menjadi eksis akibat efikasi diri yang rendah, orang merasa tidak mampu menangani suatu masalah yang mengancam sehingga muncul perasaan takut yang kronis.
3.      Agresi: agresi diperoleh melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforsmen (+/-), latihan / perintah, dan keyakinan yang ganjil (bandingkan dengan freud dan kawan – kawannya yang menganggap agresi adalah dorongan bawaan). Agresi yang ekstrim menjadi salah suai psikologis. Dari penelitian Bandura, pengamat akan bertingkah laku lebih agresif disbanding modelnya.
Psikoterapi
      Sama halnya dengan respon emosi, menghilangkan tingkah laku (yang tidak dikehendaki) dapat dilakukan secara langsung atau secara vicarious pula. Terapi yang dilakukab Bandura adalah terapi kognitif-sosial. Tujuannya untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi. Ada 3 tingkatan keefektikan suatu treatmet.
1.      tingkat Induksi perubahan: telah merubah tingkah laku (mis: penderita akrephobia,  menjadi berani naik tangga/ketempat ketinggian).
2.      Tingkat generalisasi: treatment memungkinkan terjadinya generalisasi. (mis:penderita acrophobia tidak hanya naik tangga, ia juga berani naik lift, pesawat, ,membersihkan kaca gedung bertingkat)
3.      tingkat pemeliharaan: hasil induksi dan generalisasi dapat terpelihara, tidak berubah menjadi negatif
Albert bandura mengusulkan 3 macam treatment, yakni:
1)      latihan penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan sebelumya. Dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalamÞklien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahapÞ klien diminta membayangkan sedang bermain – main dengan hal yang ditakutkannya secara bertahap.
2)      Modeling terbuka (modeling partisipan): klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkah laku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
3)      Modeling simbolik: klien melihat model dalam film, gambar/cerita dll. Kepuasan vicarious (melihat model mendapat kekuatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkah laku modelnya.
Metodologi
      Bandura banyak meneliti masalah dunia nyata dalam makmalnya, seperti masalah fobia, penyembuhan dari serangan jantung, perolehan kemampuan matematik pad a kanak-kanak. Tujuannya adalah untuk menyatukan kerangka konseptual yang dapat mencakup berbagai hal yang mempengaruhi perubahan tingkah laku. Dalam setiap kegiatan, keterampilan dan keyakinan diri yang menjamin pemakaian kemampuan secara optimal diperlukan agar diri dapat berfungsi sepenuhnya. Bandura mengembangkan microanalytic approach. Teknik ini cocok untuk strategi penelitian yang melacak perubahan setiap saat, penelitian yang menilai proses, bukan hasil.


2.5  Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Albert Bandura
Kekurangan
Teknik pemodelan albert bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya. melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sesetengah individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif termasuklah perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
Kelebihan
Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata - mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan kanak-kanak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan kanak-kanak, faktor sosial dan kognitif.







BAB III
“Kebiasaan Merokok Orang tua Sering Menurun keAnak Dalam Perspektif Albert Bandura”

1.     Deskripsi kasus
Banyak orang tua yang memarahi atau bahkan menghukum anak  - anaknya saat ketahuan merokok atau menjadi perokok aktif di usia belia. Padahal bisa jadi perilaku tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan merokok orang tuanya.Factor lingkungan memang sangat memengaruhi kebiasaan merokok anak. Mereka akan mencontoh perilaku merokok orang tuanya dan juga orang -  orang terdekatnya. Begitu melihat orang tuanya merokok, dia akan punya keinginan untuk mencobanya juga. Tidak heran kalau sekarang banyak balita dan anak - anak yang sudah merokok  Bila sudah kecanduan, anak tersebut tentunya harus diterapi agar tidak semakin terjerat oleh bahaya rokok.

2.      Analisa kasus
Menurut teori modeling Albert Bandura, Modeling tidak sekedar meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain, tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, mengeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif. Dalam kasus diatas bayi yang mempunyai kebiasaan merokok ini akibat dari observasi model yang dilakukan oleh orang disekitarnya seperti orang tua, keluarga dan lingkungan yang kemudian oleh balita perilaku tersebut diulang kembali dengan menambahkan dan atau mengurangi tingkah laku kegiatan merokok itu.
Sebelum meniru orang lain merokok, balita memperhatikan orang – orang sekeliling yang merokok, kemudian peristiwa merokok oleh balita tersebut disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk imajinasi atau gambaran. Kemudian balita tersubut mulai bertingkah laku. Menurut teori belajar Albert Bandura “belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya”. kondisi balita yang berada di lingkungan perokok yang akhirnya membuat bayi termotivasi untuk menjadi sama dengan orang – orang tersebut, dan ketika balita tersebut berhasil menirukan kegiatan merokok inilah yang menjadi penguat sehingga balita cenderung untuk mengulangi kegiatan merokok sesuai dengan model yang ia amati.
Untuk menghilangkan perilaku kecanduan merokok pada balita dapat dilakukan dengan pendekatan modeling terbuka (modeling participan) dan modeling simbolik.
1)      Modeling partisipan          : balita melihat orang tuanya atau orang yang ada di sekelilingnya untuk tidak merokok atau mematikan putung rokok di hadapan balita yang kemudian balita di ajak untuk mengikuti kegiatan tersebut, hal ini terus dilakukan sampai balita bisa melakukannya sendiri dan tidak merokok lagi.
2)      Modeling Simbolik           : balita melihat model dalam film, gambar atau cerita tentang bahaya merokok, keburukan merokok dll. Kepuasan vicarious (melihat model dapat penguatan) akan mendorong balita untuk mencoba atau meniru tingkah laku modelnya.
Menurut Albert bandura antara pendekatan terbuka (modeling partisipan) dan modeling simbolik, yang paling berhasil atau pendekatan yang paling efektif adalah dengan metode pendekatan modeling terbuka (modeling partisipan).













BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1)      Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses - proses kognitif belajar.
2)      Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi -konsekuensiterhadap model dan proses -proses kognitif pembelajar
3)      Hasil belajar berupa kod-kod visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkankembali atau tidak (retrievel).
4)      Dalam perancangan pembelajaran yang kompleks, disamping pembelajaran - pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy dan self regulatory pembelajar.
Kritik dan saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menjadikan makalah ini lebih baik.

Referensi:
Alwisol. (2017) Psikologi Kepribadian. Malang. UMMPress




Alasan Mengapa kita "wajib" menjaga keperawanan

sebelum ini di rumah admin terdapat beberapa pernikahan yang di selenggarakan, dan itu sering membuat admin kadang - kadang "baper&q...